Asrama yang terletak di Kampung Babakan Cimahi, RT/01 RW/05, Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang , Kab. Bandung ini berada di sebuah desa terpencil, di tengah lekukan Gunung Manglayang dan Gunung Palasari.
Dua rumah yang berada di sebuah desa terpencil ini, menjadi saksi bisu. Bahwa kami pernah menghafal Al-Quran, berlelah-lelah mengulang setiap ayat Al-Quran hingga tak terasa pengulangan yang ke 60x dalam sebuah ayat memakan waktu yang tidak sedikit.
Tak ayal suara jangkrik selalu menemani setiap malam kami, sejauh mata memandang rumput-rumput hijau, pepohonan yang tinggi menjulang adalah pemandangan pertama kami. Tak apa.
Jauh dari hiruk pikuk desingan kendaraan yang berlalu lalang, gagahnya kota yang mempesona. Tidak menjadikan kami iri, tapi hal yang dapat membuat kami meneteskan air mata adalah rindu kami kepada keluarga di rumah.
Imam Syafi’i rohimahulloh telah membuat perumpamaan bagi penuntut ilmu syar’i yang tidak berdasarkan hujjah. Beliau berkata:
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ. “Perumpamaan orang yang mencari ilmu tanpa hujjah adalah seperti orang yang mencari kayu bakar pada malam hari, ia membawa seikat kayu, di mana di dalamnya terdapat ular yang siap mematuknya, sedangkan dia tidak mengetahuinya.” (Manaqib Syafi’i, karya al-Baihaqi, jilid 2, hal. 143; al-Madkhol, karya beliau juga, no. 262, hal. 211; Hilyah al-Auliya`, jilid IX, hal. 125; Adab asy-Syafi’i, karya Abu Hatim, hal. 100; Tawaali at-Ta`siis, karya al-Hafidz Ibnu Hajar, hal. 135)