Menjaga lisan berarti berbicara dengan bijaksana dan hati-hati, sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain atau menyebabkan masalah. Ini adalah aspek penting dalam hubungan sosial dan komunikasi yang baik. Dengan menjaga lisan kita dapat menciptakan komunikasi yang lebih baik dan membangun hubungan yang lebih harmonis dengan orang-orang di sekitar kita.
Dalam hadis yang disanadkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda untuk memerintahkan orang-orang yang beriman agar senantiasa berkata baik atau menjaga lisannya (diam). Artinya, dengan menjaga lisan serta berkata baik dapat meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Berikut bunyi dari hadis tersebut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Secara umum, berbicara dengan baik dan penuh pertimbangan lebih diutamakan dalam situasi di mana komunikasi yang positif dan produktif bisa terjadi. Namun, dalam beberapa situasi, diam bisa menjadi pilihan yang bijaksana untuk menghindari konflik atau menjaga keharmonisan. Kunci utamanya adalah menilai situasi dengan bijaksana dan memilih tindakan yang paling sesuai untuk mencapai hasil yang positif dan menghormati perasaan orang lain.
Beberapa keutamaan menjaga lisan:
1. Menghindari sifat keras hati
Keutamaan menjaga lisan juga berkaitan dengan menghindari sifat keras hati. Biasanya, orang yang sering berbicara tanpa kendali dan banyak mengumbar kata-kata yang berdosa memiliki hati yang penuh dengan penyakit batin. Mereka cenderung memiliki hati yang keras dan sulit menerima nasihat. Bahkan, ketika mendengar firman Allah (Al-Quran), hati mereka tidak merespons sama sekali. Na’udzubillah min dzalik.
Dari Ibnu Umar ra., katanya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Janganlah engkau semua memperbanyak kata, selain untuk berzikir kepada Alloh Ta’ala, sebab sesungguhnya banyaknya pembicaraan kerasnya hati dan sesungguhnya sejauh – jauh manusia dari Alloh ialah yang berhati keras, yakni enggan menerima petunjuk baik.” (HR. At Tirmidzi)
2. Menyelamatkan diri dari dosa
Selain melaksanakan sholat, puasa, dan mengaji, menjaga lisan juga merupakan cara penting untuk melindungi diri dari dosa dan azab kubur. Daripada terlibat dalam ghibah atau membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat, lebih baik kita memilih untuk diam sambil memperbanyak istighfar.
Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, dia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulallah, apakah sebab keselamatan?” Beliau menjawab, “Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu dan tangisilah kesalahanmu”. (HR. Tirmidzi)
3. Diangkat derajatnya oleh Allah SWT
Menjaga lisan dengan sering mengingat Allah SWT, berdzikir, menyebut nama-nama Allah Ta’ala, dan mengucapkan hal-hal yang baik akan membuat kita mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Selain itu, Allah juga akan meninggikan derajat seseorang yang mampu menjaga lisannya.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra, bahwasahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari).
4. Menjaga lisan laksana emas
Seseorang perlu memikirkan terlebih dahulu sebelum berbicara. Namun, jika ia masih belum mampu berbicara dengan baik atau tidak menguasai ilmunya, lebih baik ia memilih untuk diam. Diam bukanlah tanda kebodohan; sebaliknya, bagi seorang muslim, diam bisa lebih bermanfaat. Luqman Al-Hakim bahkan mengibaratkan diam seperti emas—sangat berharga dan bernilai.
Wasiat Lukman Al Hakim kepada anaknya: “Anakku, tiada penyesalan sama sekali dalam diamku. Karena sesungguhnya jika berbicara laksana perak maka diam bagaikan emas”
5. Memperoleh ridha Allah SWt di akhirat
Keutamaan menjaga lisan juga membuat kita memperoleh ridha Allah Ta’ala di akhirat kelak. InsyaAllah kita akan mendapatkan surga dan dapat bertemu dengan Allah SWT.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.” (HR At Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Imam Malik dan Ahmad).
Wallahu Alam
Informasi dan Konfirmasi, Hubungi:
📞0852-1576-0036
Kunjungi Sosial Media Kami,
WEB: https://Infaqberkah.id/
IG: @officialInfaqberkah
FB: infaq Berkah