Ilustrasi menyantuni anak yatim
Dilansir dari Muhammadiyah.Or.Id Kata “yatim” berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti seseorang yang kehilangan ayahnya, bukan ibunya. Meskipun begitu, anak yatim dianggap wajib disantuni, karena mereka kehilangan salah satu dari dua sosok yang wajib menanggung nafkahnya.
Rasulullah SAW sangat memelihara dan menjaga kemuliaan anak yatim. Rasulullah SAW senantiasa mendekati, berkumpul dan bercakap-cakap dengan anak-anak yatim. Rasulallah SAW dijuluki sebagai Abul Yatama karena semasa hidupnya beliau telah menepatkan dirinya sebagai penanggung jawab dunia akhirat, dan menjadi bapak dari mereka.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda,
“Sebaik-baiknya rumah kaum muslimin jika di dalamnya anak yatim diperlakukan secara baik dan seburuk-buruknya rumah orang islam bila anak yatim diperlakukan secara buruk” (HR Ibnu Mubarak)
Tak sedikit anak yatim yang merasa minder karena kondisinya dan itu bisa mengakibatkan tidak percaya diri dan ragu dalam mengambil langkah untuk kedepannya, adanya kita sebagai sesama saudara seagama harus bisa menyayangi, merangkul dan membantu mereka salah satunya dengan menyantuni, karena menyatuni anak yatim merupakan salah satu bentuk kasih sayang kita.
Dalam Al-Quran terdapat beberapa firman Allah SWT yang menyebutkan tentang anjuran menyayangi dan menyantuni anak yatim, diantaranya:
1. QS. Al-Baqarah Ayat 220
فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْيَتٰمٰىۗ قُلْ اِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۗ وَاِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَاِخْوَانُكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَاَعْنَتَكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wa yas’alūnaka ‘anil-yatāmā, qul iṣlāḥul lahum khair(un), wa in tukhāliṭūhum fa’ikhwānukum, wallāhu ya‘lamul-mufsida minal-muṣliḥ(i), wa lau syā’allāhu la’a‘natakum innallāha ‘azizun ḥakīm(un).
tentang dunia dan akhirat. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” Jika kamu mempergauli mereka, mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS.Al-Baqarah: 220)
Al-Thabrani menafsirkan supaya tidak mencampuradukkan harta-harta anak yatim dengan harta-harta wali yatim dengan tujuan mengambil keuntungan pribadi tetapi jika terpaksa menggunakannya maka harus menggantinya.
2. QS. An-Nisa Ayat 36
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Wa‘budullāha wa lā tusyrikū bihī syai’aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīl(i), wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu man kāna mukhtālan fakhūrā(n).
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”(QS.An-Nisaa: 36)
Sembahlah Allah SWT dengan tidak mempersekutukan-Nya serta mengamalkan perintah-Nya sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
3. QS. Al-Insan Ayat 8
وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا
Wa yuṭ‘imūnaṭ-ṭa‘āma ‘alā ḥubbihī miskīnaw wa yatīmaw wa asīrā(n).
“Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan.”(QS. Al-Insan: 8)
Orang-orang abrar memberikan makanan yang sangat diperlukan dan disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan oran yang ditawan. Memberikan makan dalam hal ini dapat pula berarti memberikan bantuan dan sokongan kepada orang yang memerlukan.
4. QS. Al-Maun Ayat 1-2
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ
Ara’aital-lażī yukażżibu bid-dīn(i). Fa żālikal-lażī yadu‘‘ul-yatīm(a)
“Tahukah kamu (orang) yang memdustakan agama? maka itulah orang yang menghardik anak yatim.”(QS. Al-Maun: 1-2)
Jika kamu ingin tahu, maka para pendusta agama, hisab, dan hari pembalasan itulah orang yang menghardik anak yatim, menyakiti hatinya, dan berbuat zalim kepadanya dengan menahan haknya.
Wallahu Alam
Sumber:
Devi Setya – detikhikmah “Dalil Tentang Menyantuni Anak Yatim, Tercatat dalam Al-Quran dan Hadits”
Ilham – Muhammadiyah “Pengertian dan batasan Anak Yatim dalam islam”
Quran Kemenag